Untuk membangun negara yang produktif, dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang unggul. Pembangunan Sumber Daya Manusia sendiri udah masuk ke dalam 5 prioritas kerja Pak Jokowi & Pak Ma’ruf. Ngomong-ngomong soal sumber daya manusia, pas banget dengan hasil rapat saya kemarin, waktu rapat perencanaan program gizi tahun 2020 bersama Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Suasana Rakor Perencanaan Program Gizi untuk th 2020. Percayalah netizen, ada saya dalam foto ini. Haha. |
Suasana Rakor Perencanaan Program Gizi untuk th 2020 di Kota Bandung |
Jadi
teman-teman, sekarang issue yang lagi booming banget tentang gizi adalah
stunting. Pernah denger nggak? Mungkin di televisi, di iklan, di IG, di
twitter, dimana-mana gitu tentang stunting. Nah salah satu dampak jangka panjang
dari stunting adalah produktifitas kerja menurun, hingga pembangunan ekonomi yang
sangat kurang.
Jadi apa Itu Stunting?
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki
panjang atau tinggi badan yang lebih pendek dari tinggi badan seharusnya/tinggi
badan teman sebaya nya. Cara hitungnya? Ya diukur panjang/tinggi badannya. Apakah
sesuai dengan umurnya atau tidak. Kalau di kami ada indikator status gizi TB/U
(dibaca tinggi badan menurut umur). Misal untuk anak perempuan usia 24 bulan (2
tahun), tinggi badan normalnya adalah 80 cm – 92,9 cm. Ketika anak tersebut
tinggi badannya 76 cm, maka anak tersebut dikatakan stunting. Ditambah, kita
cek lah kemampuan otaknya melalui tes perkembangan. Jika perkembanganya tidak
sesuai dengan usianya, maka anak tersebut dikatakan stunting dan kemampuan otak
tidak sesuai dengan usianya.
Situasi Stunting di Indonesia?
Nih ya, Data prevalensi balita stunting yang
dikumpulkan World Health Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara
ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia
Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun
2005-2017 adalah 36,4%. Ketiga bosque! Setelah Timor Leste dan India. Klik gambar untuk memperbesar yaa..
Tadi data se Asia Tenggara nih. Sekarang kita masuk ke Indonesia
sendiri. Kejadian balita stunting merupakan masalah gizi utama yang dihadapi
Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun
terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi
lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek
mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun
2017. Klik gambar untuk memperbesar yaa..
Survei PSG diselenggarakan sebagai monitoring dan evaluasi
kegiatan dan capaian program. Berdasarkan hasil PSG tahun 2015, prevalensi
balita pendek di Indonesia adalah 29%. Angka ini mengalami penurunan pada tahun
2016 menjadi 27,5%. Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat menjadi
29,6% pada tahun 2017.
Penyebab Stunting?
Stunting terjadi mulai dari pra-konsepsi ketika seorang
remaja menjadi ibu yang kurang gizi dan anemia. Menjadi parah ketika hamil
dengan asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan, ditambah lagi ketika ibu
hidup di lingkungan dengan sanitasi kurang memadai. Sebenarnya issue stunting
ini sangat kompleks ya, teman-teman. Artinya merambah kemana-mana gitu. Bukan hanya
menyangkut ke masalah kesehatan, tapi ngaruh ke lingkungan, pendidikan, sampai
ekonomi. Klik gambar untuk memperbesar yaa..
Jadi ada yang namanya 1000 HPK teman-teman. 1000 Hari
Pertama Kehidupan. Ini adalah hari-hari krusial dan sangat penting janin “terbentuk”
dan keadaan kesehatan ibu, asupan gizi si janin, bayi, hingga menjadi anak ini
sangat berpengaruh untuk kehidupannya mendatang. 1000 HPK ini bukan dimulai
dari anak lahir ke dunia, tapi sejak usia 0 hari di dalam kandungan. Jadi artinya
apa? Si calon ibu, si ibu hamil, asupan gizi nya sangat mempengaruhi keadaan
janinnya.
Apa kaitannya dengan Produktivitas?
Stunting akan berdampak dan dikaitkan dengan proses kembang
otak yang terganggu, dimana dalam jangka pendek berpengaruh pada kemampuan
kognitif. Jangka panjang mengurangi kapasitas untuk berpendidikan lebih baik
dan hilangnya kesempatan untuk peluang kerja dengan pendapatan lebih baik.
Dalam jangka panjang, anak stunting yang berhasil
mempertahankan hidupnya, pada usia dewasa cenderung akan menjadi gemuk (obese),
dan berpeluang menderita penyakit tidak menular (PTM), seperti hipertensi,
diabetes, kanker, dan lain-lain.
Kondisi
ini semua sudah semakin jelas untuk Indonesia, yang menunjukkan adanya tren
(kecenderungan) PTM meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Menurut
hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2017, ada peningkatan nih
teman-teman untuk kejadian PTM di Indonesia yang terjadi pada sekitar 70 juta
penduk dewasa (>18 tahun), yang semula sebesar 33,2% di tahun 2007, menjadi 42,4 % di tahun 2013. Klik gambar untuk memperbesar yaa..
Teman-teman tau? Usia 15-64 tahun termasuk ke dalam usia produktif. Kebayang kalo usia produktif ini terkena penyakit tidak menular seperti yang aku sebutin beberapa di atas? Berarti produktifitas mereka dalam bekerja pun berkurang. Pekerjaan tidak maksimal, atau bahkan sulit mendapat pekerjaan layak. Kalau SDM nya aja udah sakit seperti ini, pekerjaan nggak beres, gimana pembangunan Indonesia bisa maju? Kan gitu.
Saya coba bikin infografis seperti di bawah ini ya mengenai
dampak jangka pendek dan jangka panjang yang ditimbulkan oleh stunting:
Dari gambar diatas, terlihat kan dampak stunting itu gak
cuman msalah kesehatan, pendidikan aja tapi juga merembet ke masalah prestasi belajar, produktivitas kerja, sampai
masalah ekonomi. Jadi gini singkatnya:
STUNTING -> PERKEMBANGAN OTAK TERGANGGU -> PRESTASI BELAJAR TURUN -> PRODUKTIVITAS KERJA TIDAK OPTIMAL, PENINGKATAN RESIKO PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR) -> BIAYA KESEHATAN MENINGKAT (UNTUK MENGATASI STUNTING DAN PENYAKITNYA) -> PERTUMBUHAN EKONOMI TIDAK BAIK -> BANGSA TIDAK PRODUKTIF
Pencegahan Stunting
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development
Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu
menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta
mencapai ketahanan pangan. Klik gambar untuk memperbesar yaa..
Kalo gambarnya nggak jelas, bisa googling yah, SDG's itu apa aja poinnya.. Nah target yang ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025. Ini serius, bakal jadi PR besar banget buat kami para ahi gizi, khususnya di kota Bandung dimana stuntingnya udah mencapai 25,8% dari seluruh balita. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah satu program prioritas di bidang kesehatan, bersama Imunisasi dan TBC. Klik gambar untuk memperbesar yaa..
Kalo gambarnya nggak jelas, bisa googling yah, SDG's itu apa aja poinnya.. Nah target yang ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025. Ini serius, bakal jadi PR besar banget buat kami para ahi gizi, khususnya di kota Bandung dimana stuntingnya udah mencapai 25,8% dari seluruh balita. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah satu program prioritas di bidang kesehatan, bersama Imunisasi dan TBC. Klik gambar untuk memperbesar yaa..
Gimana dengan pencegahan stunting? Untuk pencegahannya sendiri, dari bidang gizi itu dibagi dua: Ada intervensi gizi spesifik, dan intervensi gizi sensitif. Bedanya, untuk yang spesifik itu lebih ke kesehatan banget. Nanti bisa kita lihat juga di bawah apa aja poin-poinnya. Sedangkan kalo yang sensitif, itu lebih ke umum, dan butuh peran lintas sektor banget. Makanya, intervensi gizi sensitif ini kontribusinya 70%, dan lebih besar dari intervensi spesifik yang berkontribusi 30%. Klik gambar untuk memperbesar yaa..
Nah, saya jadi inget ada yang namanya the cycle of stunting gitu. Jadi kalo stunting nggak diatasi ya akan terus berulang terus dan terus gitu ke generasi selanjutnya. Sedih nggak sih?
Terlihat di gambar, jadi ketika ada remaja putri dengan gizi kurang, maka dia akan menjadi calon ibu yang kurang juga asupan gizinya. Kemudian dia akna melahirkan bayi yang beresiko prematur, dan beresiko menjadi anak stunting Trus kalo udah besar jadi remaja putri yang kurang gizi juga. Gitu aja terus... Ini ada lagi the cycle of stunting yang kedua. Klik gambar untuk memperbesar yaa..
Nah, kalo di gambar ini lebih jelas lagi ya pengaruhnya ke prestasi belajar dan produktivitas kerja. Dan ternyata siklus ini akan terus berulang dari generasi ke generasi kalau stunting nya sendiri nggak kita atasi.
Jadi SDM Indonesia yang unggul tuh emang bener gitu bisa membuat negara ini menjadi negara produktif dan berdaya saing tinggi. Mencegah stunting ini butuh bantuan dari berbagai pihak lho, dari unit terkecil hingga terbesar. Nah ini, unit terkecil ya kita-kita.
Jadi SDM Indonesia yang unggul tuh emang bener gitu bisa membuat negara ini menjadi negara produktif dan berdaya saing tinggi. Mencegah stunting ini butuh bantuan dari berbagai pihak lho, dari unit terkecil hingga terbesar. Nah ini, unit terkecil ya kita-kita.
Buat teman-teman (yang saya yakin kebanyakan
masih usia produktif yang lagi baca blog saya ini) yuk bareng-bareng persiapin
generasi masa depan yang terbaik. Kalo sekarang tren diet, dengan bangganya
remaja bahagia tubuhnya imut, mungil, langsing, itu salah gaesss… Stunting juga berwal dari pemikiran seperti ini. Yang penting tubuh kurus langsing. Tapi gimana
dong nanti kalo remaja perempuan udah kekurangan zat gizi mikro kayak zat besi,
kalium, seng, magnesium,dll. Gimana dia bisa persiapkan tubuhnya untuk hamil? Haruskah
janinnya juga kekurangan gizi? :( Makanya sekarang ada program minum tablet tambah darah di sekolah-sekolah biar
apa? Biar remaja putri terhindar dari anemia. Ujungnya apa? Ujungnya remaja putri ini kan bakal jadi calon Ibu seuatu saat nanti, sudah siap gitu jadi ibu
hamil bebas anemia.
Misal kamu yang perempuan, Kamu umur
berapa? 18 tahun? Belum nikah? Rencana nikah? Sok atuh perbaiki asupannya. Jadi
nanti ketika kamu menjadi calon Ibu hamil, tubuh kamu tuh udah siap gitu dihuni
oleh janin, a.k.a. ya generasi penerus bangsa. Kalo kalian udah jadi seorang
Ibu, yuk bantu jaga asupan makan anak juga.Kalo asupan makan kamu oke, gak banyak
makanan sintetis, jadi janinnya juga Insyaallah oke, sehat, ke depannya bebas
stunting. Kalo kamu laki-laki, seorang ayah/calon ayah, lelaki dewasa yang
berencana menikah (hehe) kasih tau pasangannya agar jaga asupan makannya,
perbanyak sayur buah, jadi anak-anaknya InsyaAllah bebas stunting. Please jaga
yah. Makanan aja dijaga, apalagi kamu.. Haha..
Semoga kita bisa bareng-bareng ya
mengingatkan keluarga, saudara kita, tetangga untuk mulai pola makan dan pola
hidup sehat. Cegah stunting itu penting, untuk mewujudkan SDM unggul, Indonesia
produktif! :’)
Salam,
Sri Wijayanti
Referensi :
- Departemen Kesehatan RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Jakarta.
- Kementerian Kesehatan RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta.
- WHO. Child Stunting Data Visualizations Dashboard. http://apps.who.int/gho/data/node.sdg. 2-2-viz-1?lang=en- Bappenas 2013. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka 1000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK), Tahun 2013.
- Hasil Rakor Surveilans Gizi Kota Bandung, 10 Desember 2019. Disampaikan oleh Bapelitbang.
- SDG'S Indonesia, sdgsindonesia.or.id
pencegahan stunting ini kalau di manokwari ramai bannernya saja bu, tapi pelayanan kesehatannya masih kurang. semoga saja posyandu kembali marak, meskipun sebulan sekali tapi masih bisa kontrol.
ReplyDeleteWah sayang sekali Pak. padahal Jayapura prevalensi stuntingnya cukup tinggi. Betul, semoga puskesmas membuat jadwal lebih baik lagi, agar Posyandu kembali berjalan
DeleteOh, baru tahu kalo stunting itu cukup bahaya juga biarpun tidak membahayakan nyawa. Berarti sudah benar kita harus cegah stunting agar produktivitas meningkat.
ReplyDeletebetul, stunting memnag bukan penyebab langsung kematian. tapi dia beresiko melahirkan penyakit degenerative / penyakit gak menular kak :(
DeleteTau banget karna kebetulan pendidikannya SKM dan MKM.
ReplyDeleteSedih ya, kita yang tinggal di negara luas dgn sumber daya alam melimpah, justru masih memiliki masalah gizi seperti stunting.
Semoga dgn semakin gencarnya pemerintah bertindak mengurangi masalah pangan dan gizi, SDM Indonesia bisa meningkat kualitasnya menjadi lebih baik ^^
Iya Aul. betul miris sekali.
Deletebelum selesai tuntas masalah gizi buruk, sekarang ada lagi stunting :(
Aamiin, semoga pemerintah pusat dan daerah, instansi terkait, CSR, swasta, bs bareng bareng mengatasi stunting :')
Asupan gizi seimbang emang perlu banget ya mbak.
ReplyDeleteArtikelnya menarik, ulasannya lengkap. Thanks mbak.
betul, dan harus dimulai sejak janin dr dalam kandungan..
Deletemakasih ya kak sdh berkunjung, semoga bermanfaat :)
Wah jd makin paham tentang stunting nih. Jd ngeri ya takut besok kl punya anak kena stunting, tp memang ibu hamil kudu dibarengi dg pola hidup sehat dan asupan gizi seimbang ya
ReplyDeletebetul, asupan ibu hamil jadi kuncinya..
Deleteibu hamil harus happy pokoknya, happy makannya, happy olahraga nyaa hehe
Wah materi yang sangat bergizi juga berbobot khususnya buat aku yang uda ada 1 batita dan 1 bayik
ReplyDeleteIjin bookmark dulu, biar nambahi aku ilmu kesehatan
Bener bgt yang penjelasan akhir ada korelasi semuanya dg umur produktif dg rencana memiliki anak
silahkan mbaa, semoga anak anaknya sehat selalu dan terbebas dr stunting ya mbaa.. ^^
DeleteWah tertohok pas penjelasan tentang diet dan akhirnya kekurangan gizi, wahh ntar dulu aku tamatin ini bacaannya ringan tapi penuh edukasi
ReplyDeletekalo dietnya salah dan ga pake diet seimabng emang ujungnya bakal kekurangan gizi mba, bahkan malah ada penyakit lainnya seperti anoreksia, gastritis/lambung, dan penyakit lainnya.
DeleteBahaya juga ya ternyata.
ReplyDeletebetul mas, bahay utuk jangka panjangnya
DeleteKata tetangga yang pegawai kesehatan, kalo kurang gizi jika ditangani tepat waktu bisa segera normal. Namun jika stunting butuh proses panjang
ReplyDelete100 untuk tetangganya :D
Deletemenurutku peran posyandu ini penting banget
ReplyDeletekarena kan secara berkala progres perkembangan anak bisa terkam lewat KMS ya
jadi kalau ada indikasi langsung bisa dikonsultasikan lewat puskesmas atau RS
Ya, mas. kade rposyandu juga biasanya sudah dilatih oleh puskesmas dalam mendeteksi awal status gizi anak
DeleteNgeri juga sampe di posisi 3 besar.
ReplyDeleteTerus ternyata berbahaya jangka panjang.
Semoga aja stunting bisa berkurang di Indonesia atau hilang sama sekali. Aamiin...
Ya, mas.. kita kalah dari Nepal, yang beberapa tahun lalu dia memiliki prevalensi gizi kurang lebih tinggi
Deletemoga anak anak Indonesia makin sehat ke depannya
ReplyDeleteAamiin, iya Kak Tanza
DeleteStunting menjadi hal yang serius, ya Mbak.
ReplyDeleteSaya sih yakin di tahun 2020 ini banyak usia productive yang unggul dan ambil bagian untuk kemajuan negeri.
Aamiin, semoga banyak juga ibu hamil yang terpapar info ttg stunting ya kak. jd bs ikut mencegah
DeleteAku kuatir Ama anakku yg pertama :(. BB nya itu parah sih dan bdnnya memang kurus. Tapi tinggi badan naik sesuai umur . Kalo dr segi perkembangan otak, dia ga ad masalah mengikuti pelajaran kls 1 SD nya.tp berat badannya ini yg bikin aku kuatir :(. Udh DTG ke ahli gizi, tp apa yg disarankan juga ga bikin anaknya mau makan. :( . Kurangnya berat badan ini termasuk ke dalam stunting juga ya mba?
ReplyDeleteDear Kak Fanny,,
Deletekalo yang kurang berat badannya, dan bukan tinggi badannya, itu tdk termasuk stunting bun, stunting itu kan pendek/kerdil dibandingkan dgn tinggi badan menurut usia yg seharusnya, atau dibandingkan teman sebaya, dia lebih pendek.
coba makannya double protein hewani bun, bs jg ditambah susu,, kalo mau lebih jlas bs kontak ke medsos sy, kita sharing disana kak :)
nice post kak
ReplyDeletetrims ~~
Deleteinfo yang sangat menarik dan bermanfaat! terimakasih
ReplyDeletekembali kasih!
DeleteKalau memang anaknya pendek tapi berisi dan aktif serta perkembangan motorik aktif apakah itu stunting juga Mbak?
ReplyDelete