Satu bulan yang lalu, sekitar pertengahan bulan November saya dikejutkan dengan kabar dari teman saya yang memberi tahu kalau putri kecilnya, Rani, masuk UGD Rumah sakit dan harus dirawat. Setelah saya tanya apa penyakitnya, kakak saya bilang kalau Rani terkena pneumonia. Saya ikut sedih dan kasihan melihat bayi 4 bulan itu sudah harus merasakan sakitnya ditusuk oleh jarum suntik dan diinfus beberapa hari di Rumah sakit.
Kejadian tersebut tentu membuat
saya penasaran dengan si pneumonia. Tega sekali dia menyerang anak cantik
sekecil dan semanis Rani. Saya mulai mencari buku-buku kesehatan yang
dulu pernah saya lahap di bangku kuliah. Tapi sayang semenjak saya pindah dari
Bandung ke Bekasi, saya tidak membawa buku-buku kuliah saya dulu. Ingatan saya
tentang si pneumonia hanya sebatas penyakit infeksi yang menyerang paru-paru.
Penyebabnya? Ah, paling hanya karena daya tahan tubuh sedang tidak fit.
Beruntung,
Kantor Berita Radio-KBR mengadakan acara yang sangat pas untuk menjelaskan
segala kekepoan saya. Acara tersebut adalah Ruang Publik KBR bertema Mengenal
dan Mencegah Pneumonia.
Gambar dari sini |
Gambar dari sini |
APA ITU
PNEUMONIA?
Disampaikan oleh dr.
Medeleine, bahwa Pneumonia adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, virus, atau jamur (yang tersering adalah bakreri dan jamur) yang
menyerang paru-paru, dan biasa disebut radang paru.
Sebenarnya, pneumonia bisa
terjadi pada siapa saja, baik anak-anak maupun pada dewasa. Namun, pneumonia
lebih sering menyerang anak-anak mengingat daya tahan tubuh anak kecil masih
lemah dan belum sekuat orang dewasa.
Menurut Riskesdas 2007,
pneumonia merupakan penyebab kematian kedua setelah diare (15,5% di antara
semua balita) dan selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar setiap
tahunnya di gasilitas kesehatan. Nah, serem kan?
Infografis: Sri Wijayanti |
GEJALA PNEUMONIA
Pada acara Ruang Publik
KBR, orang tua adik Witri bercerita tentang kronologis putri kecilnya mengidap
pneumonia. Jadi awalnya adik Witri, yang waktu itu usianya baru 3 bulan, hanya
batuk dan pilek, sudah dua minggu tidak kunjung sembuh. Kemudian barulah timbul
sesak nafas. Setelah itu, orang tua adik Witri langsung membawa Witri ke rumah
sakit. Dari situlah orang tua adik Witri diberitahu dokter bahwa Witri terkena
Pneumonia.
Menurut dr. Medeilene,
gejala pneumonia bisa berupa gejala demam, batuk/pilek. Sedangkan gejala
khasnya adalah adanya nafas lebih cepat dari biasanya dan tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam.
Infografs: Sri Wijayanti |
FAKTOR RESIKO PNEUMONIA
dr. Medeleine Ramdhani
Jasin, Sp.A mengungkapnya setidaknya ada 5 faktor resiko terjadinya pneumonia,
terutama pada anak, yakni:
1. Gizi anak tidak
tercukupi dengan baik
2. Pemberian ASI tidak
ekslusif 6 bulan
3. MPASI tidak sesuai umur
4. Imunisasi tidak lengkap
5. Lingkungan penuh asap
(terutama asap rokok) dan polusi
PENCEGAHAN PNEUMONIA
Pencegahan pneumonia bisa
dilakukan dengan menghindari faktor resiko terjadinya pneumonia yaitu:
1. Pemberian gizi cukup
dan seimbang
2. Pemberian ASI Ekslusif
sampai anak berumur 6 bulan
3. Imunisasi lengkap
Imunisasi
yang dapat mencegah pneumonia diantaranya DPT, HiB, dan campak. Ketiga jenis
inunisasi ini sudah menjadi imunisasi dasar wajib yang difasilitasi oleh
pemerintah. Ada pula imunisasi tambahan yang masih dalam proses difasilitasi oleh
pemerintah yaitu vaksin pneunukokus dan influenza.
4. Bersihkan lingkungan
dari asap rokok dan menyediakan sirkulasi udara yang baik bagi lingkungan.
Infografis: Sri Wijayanti |
Ibu Selina mengatakan,
bahwa Yayasan Sayangi Tunas Cilik memiliki kampanye dalam 3 tahun ke depan
(2019-2021) dalam membantu pemerintah mencegah pneumonia berupa:
1. Memastikan ada
publikasi masalah, studi kasus kisah nyata tentang pneumonia
2. Sosialisasi intensif,
termasuk diadakannya Kelas Ayah. Ibu Selina menegaskan peran orang tua
sangatlah penting. Bukan hanya Ibu yang harus menyediakan gizi cukup dan
seimbang untuk anak, namun peran Ayah juga sangat dibutuhkan.
Contohnya, tidak merokok di dalam rumah atau tidak dekat dengan anak saat
sedang merokok. Bahkan kalau bisa berhenti merokok sekalian. Selain itu, Ayah
bisa mengingatkan Ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
sebelum dan sesudah menyiapkan / menyuapi makanan anak, setelah menyeboki anak,
juga setelah berkegiatan. Bisa juga Ayah membantu Ibu menyiapkan makanan
bergizi untuk anak.
3. Aksi pengenalan cuci
tangan dari PAUD
4. Mobilisasi ( mencari
champion/brand ambassador) yang bisa menggerakkan masyarakat agar lebih aware
terhadap peneumonia
Infografis: Sri Wijayanti |
Setelah mendengarkan Ruang
Publik KBR, pikiran saya jadi jauh lebih terbuka tentang pneumonia. Jadi,
jangan anggap sepele anak kecil batuk pilek lama apalagi sampai ada sesak
nafas, langsung bawa ke dokter ya Bunda.. Ternyata pneunomia juga bisa
menyebabkan kematian bila tidak diatasi dengan segera. Dan untuk para Ayah,
bantu kami ciptakan lingkungan sehat dengan berhenti merokok, dong.. Emang
gemes ya lihat orang ngerokok tuh apalagi di tempat umum ditambah pas kita lagi
bawa anak. Rasanya pengen langsung ambil rokoknya trus masukin ke mulutnya biar
dia telan sendiri gitu asapnya. Siapa yang ngerokok, siapa yang kena asapnya..
Dan untuk teman-teman yang
memiliki keluarga/sahabat dengan anak pneumonia, jangan khawatir, karena kata
dr. Medeleine, semua penyakit infeksi menular pasti ada obatnya dan pasti bisa
sembuh. Seperti adik Witri, kini dia sudah berumur 9 bulan dan bisa tumbuh
sehat seperti teman-temannya yang lain. Stelah sembuh jangan lupa jaga
lingkungan serta ikut bersama sama mencegah pneumonia berulang. Jangan lupa
juga beri anak kita imunisasi dasar lengkap, karena imunisasi bergina untuk
memperkuat aya tahan tubuh anak kita.
Seperti kata Ibu Selina,
Yuk kita tanamkan pada kehidupan kita bersama-sama.
STOP PNEUMONIA!
S : ASI saja sampai 6
bulan
T : Tuntaskan imunisasi
O : Observasi sesak nafas,
segera bawa ke dokter
P : Pastikan kecukupan
gizi
Infografis: Sri Wijayanti |
Sumber Tulisan:
- Direktorat Jenderal
P2PL, 2009 dalam Karya Tulis Ilmiah "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kekambuhan Pasien Pneumonia" oleh Reny Kristiana, Fakultas Kesehatan UMP,
2013
- Buletin Peneumonia
Balita, diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan RI (Volume 3, September 2010)
- Laporan Riset Kesehatan
2007oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2007.
- Ruang Publik KBR
"Mengenal dan Mencegah Pneumonia pada Anak" tanggal 13 Desember 2018.
Rekaman live FB Kantor Berita Radio-KBR http://bit.ly/2SKaHGL
Sumber Gambar dan
Infografis:
- Instagram Kantor Berita
Radio-KBR http://instagram.com/@kbr.id
- Koleksi pribadi dan
infografis milik Sri Wijayanti, pemilik tulisan ini.
Tetangga saya anaknya pneumonia padahal msh 5 bulan kasihan sekali.. dan benar, bapaknya suka merokok di dalam rumah.
ReplyDeleteBtw Infografisnya menarik mbak.
MasyaAllah kasihan mas.. :(
Deletewah terima kasih sudah berbagi ya mba
ReplyDeleteinfo yang penting ini sih
Iya Ninda. sama sama :)
ReplyDeletetulisan yang bermanfaat…
ReplyDeleteThank you
Helping and protecting children is a top priority for adults, as we must help them live a normal life and develop in order to become a full personal person.
ReplyDeleteIf people know and understand the main symptoms, they will be able to seek help in order to reduce the risk of complications and provide assistance on time.
ReplyDelete